Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Sentuhan simpati


Pertemuan itu
Telah berlalu
Minggu bulan yang lalu
Membekaskan simpati dalam diriku
Meskipun sekejap kutatap matamu
Telah kuketahui sebagian rahasia di matamu
Yang mempesonaku
Yang membakar tapi tak menghanguskan

Aku terjebak dalam lorong-lorongmu
Tubuhku remuk redam dalam teror kamarku
Mencekam dengan dering-dering rinduku
Pastikan itu suara dewiku

Kumohon
Sudah jangan rayu aku lagi
Sudah mencair ini nyali
Tak berkutik menghadapi
Senyuman tatapan suara dewi
Tenggelam lautan surgawi
Menarik nafas dalam sentuhan simpati

Sekali lagi
Jangan rayu aku lagi
Kan kuserahkan pasrahkan hati ini
Kepada dewi
Yang memikat kasih(Sda, 30/5/02)
(Sda, 30/5/02)

Komentar

Postingan Populer