Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Oh malam …


Aku disini
Diam
Kelam
Merenungkan kebisuan malam
Engkau begitu tenang
Saat aku memandang
Indah
Menenangkan jiwa
Yang lagi terguncang

Oh malam …
Mampukah aku
Melukismu
Dengan sebait kata-kata kenangan
Engkau yang begitu indah
Seperti dihiasi oleh bulu-bulu domba
Yang mengembara entah kemana
Dan bintang-bintang pun mulai bercerita
Kerlap-kerlip
Kepada sang bulan
Yang begitu cantik malam ini
Bersenandung tentang indahnya ini malam

Oh malam …
Akankah aku selalu memandang
Disaat engkau ditemani bintang bulan
Akankah aku memalingkan mata
Disaat engkau kelam pekat dan menghitam
Tetapi engkau begitu tenang
Mungkin inikah takdir yang ditulis-Nya?
Engkau sebagai tempat orang beriman
Bersujud bersembahyang
Melantunkan dzikir kesayangan
Meskipun sebagian
Dinodai oleh polah tingkah orang
Yang menamakan dirinya dunia malam

Oh malam …
Aku disini hanya bisa memandang
Melukismu
Dengan sebait kata-kata agung
Nan menawan
Bercerita tentang indahnya ini malam
(Sda, 22/7/02)

Komentar

Postingan Populer