Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Jiwa yang tergantung


Hidupku terhenti disini
Dalam detik ini
Jika tak kureguk buah cinta dewi
Please berilah dewi
Kan kubangun seribu candi
Megah berdiri diatas bumi
Please berilah dewi
Tubuh sudah gemetar sakit
Keringat deras menuruni tubuh
Wajah pun telah memucat pasi
Tapi kau tetap memalingkan mata
Menjauh dan semakin jauh

Ku tak mampu menopang tubuh ini lagi
Sakau ini tak akan pernah berhenti
Jika tak kureguk buah cinta dewi
Kalau begini
Ku tak mampu hidup lima detik, nanti
Please berilah dewi

Apakah harus ku gantungkan jiwa ini pada tali ?
Yang mungkin bisa menjawab semua ini
Mungkin, mungkin dangkal hati ini
Kamu bisa mencerca
Meneteskan air mata
Jiwa rapuh tak berdaya
Dilaknat Tuhan
Disini hanya bisa prihatin
Meundukkan kepala
(Sda, 14/7/02)

Komentar

Postingan Populer