Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Saudah
























Saudah, jangan kau kemasi baju merah putihmu
Meskipun berhala itu masih berdiri di tengah kota
Di sawah, saat embun kau bertelanjang dada bercanda dengan ayah

Tataplah merah putih itu tinggi-tinggi
Dan benahi topimu yang miring
Karena sebentar lagi kau akan bertempur
Maka tak sekali-kali kudengar tangis

Dan siapkan senyum bekumu biar tak luruh
Karena pertempuran ini sepanjang tiga waktu
Pagi,siang, dan malam berputar di meja makan

Saudah, ingat satu pesan ibumu di kala purnama menerangi pusarnya
Dan pagi-pagi siapkan belatimu, taruh disaku
Musuhmu berwajah rupawan berbibir delapan
Datang di sekolahmu saat peluhmu jatuh di atas buku

(Malang, 18-08-2004)

Komentar

Postingan Populer