Pagi dan seekor pipit
















Senin pagi. dibawah selimut embun
dan parasnya menggodaku untuk melanjutkan mimpi
Seekor pipit bergumam tentang sepasang paruhnya yang basah
tercelup-celup ulah manusia

Selasa pagi. kubuka jendela kamarku terang-terang
masih tersisa senyum pipit yang liar
tapi kali ini gumam itu rapuh
serapuh serbuk yang tiada ujung untuk tumbuh

Rabu pagi. senyap telah menjadi
Seekor pipit itu hanya menyisakan sepasang jendela
Telapaknya terkulai tak bertepi
Karena seranting tepi tak lagi menjadi pijaknya
Yang ada hanya abu-abu hitam

dan kamis pagi. maka tak sekali-kali kutemukan jasadnya
Sepasang dupa ini biar mengantarmu ke surga
hanya itu balasku, sebentar lagi ajal menjemputku

(Malang, 27/08/04)

Komentar

Postingan Populer