Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Menggapai besitan angin












Engkau aku namakan dewi
Dengan pahatan sempurna ilahi
Manusia menggapai
Kegetiran dunia menyatu diri

Selendang melayang diantara awan
Aku berlari menghela napas panjang
Engkau meninggi bersemilir keagungan
Aku berlari, terus berlari
Tak menghalaukan kegetiran dunia
Tapi engkau menjauh dan menjauh
Aku hanya bisa tersenyum

Ternyata engkau besitan angin
Berkelana membelai kulitku
Sejuk tapi tak lama
Dan kau pun menyelinap diantara awan
Menari dengan senandung aura biru

Aku ingin memanjat engkau
Hai…besitan angin
Menari bersama diantara kegalauan
Tetapi dunia menarikku, aku tak kuasa
Mereka memanggilku
Tetapi engkau hanya memandangku
Aku hanya tersenyum
Menahan kerisauan kegetiran
Sebagian ruang di dalam tubuhku
Dunia menamakan perasaan
Yang meruntuhkan seorang Julius Caesar

(Mlg, 1/1/04)

Komentar

Postingan Populer