Ekspresionis emosional























Aku menyebutmu dewi
Sebuah simbolistik khayangan
Bukan sesuatu yang berlebihan…kan
Tapi juga bukan pemujaan atas ketidakberdayaan
Hanya sekedar ekspresi anak adam
Menghalau kerisauan dunianya
Yang sebenarnya biasa tetapi seakan luar biasa
Lagi-lagi bukan pemujaan atas ketidakberdayaan

Engkau pasti tersenyum
Lebih-lebih bisa tertawa
Ekspresionis emosional paling atas
Tetapi sah dan wajar saja
Manusia punya ceritanya
Aku hanya bisa sadar
Engkau pun pasti juga

Kesadaran yang aku mengartikan kutub terang
Meredam kobaran api gila
Menjadi pemantik. ketika aku merokok surya
Wuih…asapnya menebal
Dan aku pun bersandar di tempat tidur
Membawa secangkir buku
Imajinasi berkobar dan berlalu
Sungguh cara mati paling sehat dan jitu

Lagi-lagi engkau pasti tersenyum
Aku perbolehkan juga engkau untuk tertawa
Ekspresionis emosional paling atas
Tetapi sah dan wajar saja

Sepakat dengan yang engkau katakan
Sebuah kesadaran menjadi mudah dibicarakan
Seperti mulut yang selalu berbusa
Aku pun meludah untuknya
Tetapi sebuah lafadz Tuhan
Yang keluar dari ringkihan anjing
Dencitan tikus meringis
Heina bangkai menjerit
Atau dari metafora terpilih
Kata kawanku adalah mutiara
Tetapi itu adalah lafadz Tuhan
Mutiara bagi kita
Perhiasan imajinasi paling wahid
Homo socius

Apakah engkau masih tersenyum
Apakah engkau masih tertawa
Ekspresionis emosional paling atas
Tetapi sah dan wajar saja

Kadangkala aku tersenyum dengan diriku
Tertawa juga pernah
Tetapi lagi-lagi aku sadar
Aku tak bisa menghindar
Inilah diriku
Engkau boleh menyebutku
Ekspresionis emosional paling atas
Kalau belum puas engkau bisa menambahkan
Tetapi sah dan wajar saja

(Mlg, 1/1/04)

Komentar

Postingan Populer