Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Kanvas-kanvas purnama


Kemarin aku melukis asa yang hilang
Merangkainya dengan balutan kuas
Kemudian berserak-serak

Entah kapan cat warna kembali menjadi asa
Karena sekarang sama-sama memenatkan
Terik hari tanpa matahari
Dan malam menjemukan berganti dan pergi

Siang ini
Terik tanpa matahari
Aku menemukan wanita hitam
Seperti bayang-bayang

Ia tersenyum kepadaku
Melambaikan tangan yang menghangatkan segala mesiu-mesiu
Seperti malam disambut fajar
Yang memerahkan langit-langit
Sejuk dengan kesederhanaan alam

Kemudian aku tergugah pagi
Bayang-bayang itu hilang
Aku beranjak dari ranjang
Berlari dan tergagap-gagap

Maka kutarik tanganmu
Diatas kanvas-kanvas dan cat warna
Seruas-seruas
Hingga merona seperti purnama
Hingga senyum menoreh di bibirmu
Tiada henti apalagi letih
Semoga.

(Malang, 22/05/04)

Komentar

Postingan Populer