Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Kekasihku 25: Memotretmu II

Sejak dulu, aku gemar sekali memotretmu. Hingga kau tak pernah tahu,
diam-diam aku selalu mengambil gambarmu, setiap waktu. Bahkan sampai
sekarang ketika namamu hanya bisa nongol di handphoneku, kemudian
mengucap: “lagi ngapain”. Saat itu kameraku tak pernah berhenti memotretmu.

Setiap selesai, foto-fotomu seringkali aku pajang di tembok kamarku.
Aku suka melihatnya satu persatu, sambil mengingat-ingat tuan waktu dulu
begitu cemburu bila kau bersamaku, hingga ia sering menyusupkan lidah apinya
di setiap pesan yang aku kirim kepadamu. Tak jarang ia menghasut dahan-dahan
pohon biar ia sembunyikan pesan kita dibalik daunnya, maka sejak saat itu
aku sering bertanya kepada angin bila kabar dari kau tak kunjung datang.

Kini, fotomu telah memenuhi hampir seluruh tembok kamarku. Sampai aku
hapal pose apa yang menjadi favoritmu, baju-baju apa yang sering kau kenakan,
latar-latar mana yang menjadi kesukaanmu. Tapi aku masih saja melihatmu
seperti kabut ungu. Bila begitu tuan waktu sering meledekku, karena tak becus
menjadi kekasihmu.

Sidoarjo, Agustus 2007

Komentar

Postingan Populer