Kekasihku 25: Memotretmu II

Sejak dulu, aku gemar sekali memotretmu. Hingga kau tak pernah tahu,
diam-diam aku selalu mengambil gambarmu, setiap waktu. Bahkan sampai
sekarang ketika namamu hanya bisa nongol di handphoneku, kemudian
mengucap: “lagi ngapain”. Saat itu kameraku tak pernah berhenti memotretmu.

Setiap selesai, foto-fotomu seringkali aku pajang di tembok kamarku.
Aku suka melihatnya satu persatu, sambil mengingat-ingat tuan waktu dulu
begitu cemburu bila kau bersamaku, hingga ia sering menyusupkan lidah apinya
di setiap pesan yang aku kirim kepadamu. Tak jarang ia menghasut dahan-dahan
pohon biar ia sembunyikan pesan kita dibalik daunnya, maka sejak saat itu
aku sering bertanya kepada angin bila kabar dari kau tak kunjung datang.

Kini, fotomu telah memenuhi hampir seluruh tembok kamarku. Sampai aku
hapal pose apa yang menjadi favoritmu, baju-baju apa yang sering kau kenakan,
latar-latar mana yang menjadi kesukaanmu. Tapi aku masih saja melihatmu
seperti kabut ungu. Bila begitu tuan waktu sering meledekku, karena tak becus
menjadi kekasihmu.

Sidoarjo, Agustus 2007

Komentar

Postingan Populer