Kekasihku 26: Cerita dari Blazer Hitam

Dengan blazer hitam yang kau kenakan ketat ditubuhmu,
kau ingatkan aku pada merah sofa yang ditumbuhi pohon randu,
alang-alang dan jambu. Saban sore diakarnya kita sering
membuat lubang dan menyimpan berbagai harta simpanan:
bungkus rokok, kelereng dan gelang karet.

Setelah malam kita selalu cemas,
adakah pencuri yang menguntit dan membongkarnya.
Langkahnya tak terdengar, mungkinkah ia berkawan
dengan katak dan serangga? Menghitung semua suaranya
biar kita tertidur dan bermimpi –di lubang itu harta kita
berlipat ganda atau ditukar dengan spica?*

Tapi kita tak pernah bermimpi, malam lebih suka
memperdengarkan ring suaranya. Bermain lompat tali
dibelakang musola dekat rumah, dikediaman dedemit
dan arang nangka. Ditemboknya kita menggambar,
seperti janji yang tak terbayang, seperti doa
yang tak ditangkup dengan kata. Hanya tangan waktu,
tangan sebesar buah blewah, yang kelak mempertemukan
kita diruang tamu, di ruang petak umpet kata-kata.
Dan kita bersikeras mengejarnya.

Sejenis permainan ketangkasan yang mirip dengan nintendo, hanya berlainan merek

2007

Komentar

Postingan Populer