Langsung ke konten utama

Unggulan

Napak Tilas waktu

MENERIMA manuskrip puisi Imung Mulyanto, seakan tak sabar saya segera membacanya. Sebagai seorang jurnalis tulen, Imu­ng Mulyanto adalah sang terampil pengolah seluk beluk frasa dan kata. Tentu saja uraian kalimatnya bakal purna tersaji dalam barisan puisi. Malang melintangnya dalam berbagai peristiwa, perjalanannya ke berbagai arah membuat puisinya kaya de­ngan nilai. Meski jiwa jurnalisnya telah mengakar, tapi da­ging kemanusiannya tak dapat dibendung untuk turut memberi simpati dan empati. Dengan puisilah hal tersebut dapat ditam­pung, jiwa-jiwa manusia terdalam. Simak puisi ini; Mengapa di Santerra De Laponte tak ada kemarau? / Padahal di rumahku panas dan gersang,/tak bertumbuh bunga cinta setangkai pun! Bukankah kemarau pe­ristiwa alam yang biasa dan wajar? Apa hubunganya dengan rumah dan tumbuh bunga cinta? Bagi saya itu ruang penyair.  Pada bagian 1, Imung Mulyanto seakan menyambangi berbagai peristiwa alam, flora fauna seolah membisik pelan pesan-pesan, dan si penyair me...

Oleh-oleh dari Pagelaran Wayang

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Title: Wayang
Speed: Auto
Tool: Canon Powershoot A60
Location: Halaman Stadion Gajayana-Malang, Indonesia
Time : 5-02-2005
Event: Pagelaran Wayang bersama Ki Manteb Sudarsono dkk

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Title: Dalang
Speed: Auto
Diafragma: Auto
Alat: Canon Powershoot A60
Lokasi: Halaman Stadion Gajayana-Malang, Indonesia
Time : 5-02-2005
Event: Pagelaran Wayang bersama Ki Manteb Sudarsono dkk

Komentar

Anonim mengatakan…
Lakone napa Pak Manteb?

Postingan Populer