Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Aku memperkosa desah nafasku


Aku berjalan di makadam dunia
Yang menyusuri bercak-bercak persetubuhan
Menebarkan aroma ranjang pemerkosaan

Ah…nikmat benar
Ketika merabamu mencium dalam berahiku
Meskipun tubuhmu gelap dalam patahan sudut kaku
Berputar sembilan puluh derajat
Meskipun nafasmu tak memburu seperti kicauan pepohonan
Semuanya menghitam penuh timbal mengendap ke tubuhku
Meskipun ringkihanmu tak bergemericik
Tak ada air terjun maupun nyanyian batuan kecil
Semuanya basin menggumpal hitam dengan getaran bibir
Aku dan kamu

Ah… sentuhanmu
Sekali lagi aku memperkosamu
Aku mendesah
Sehingga aku tak sadar pohon itu berjatuhan
ozon menganga
Banjir menggusur memendam tubuhku
Tubuhmu semakin menindihku
Napasku tersengal mencekik leherku

(Mlg, 15/9/03)

Komentar

Anonim mengatakan…
mengapa tidak:)

Postingan Populer