Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Tariklah aku bersenandung denganmu


Kadang aku tak sadar berada di mana
Terkadang juga tubuhku lapuk menjadi serpih-serpih
Terhanyut seperti debu
Terbang ke langit bersama pasir

Kadang aku melihat dunia membelah
Mungkin juga wajahnya telah menjadi dua
Tak terasa tubuhnya menggigil kedinginan
Membeku mesunyikan desah nafasku

Berteriaklah wahai malam
Berteriaklah wahai kehidupan
Agar aku disini tak terbujur kaku
Melihatmu menari bersenandung aromamu

Hai udara semesta
Tariklah aku melenggok bersenandung dengan pinggulmu
Tetapi getaranmu tak kunjung datang
Aku semakin kaku membeku seperti salju

Ayolah setubuhi aku
Rayulah
Menari bersama remah-remah tubuhmu

Ah ternyata tubuhku semakin menggigil tersisih
Keranjingan dengan lagu sendu lagi memuakkan
Aku benci.
Biar tubuhku hancur remuk di telan ketololan
Biarkan tubuh ini berserak damai dengan sejuta tanya

(Mlg, 14/9/03)

Komentar

Postingan Populer