Aku memperkosa desah nafasku
Aku berjalan di makadam dunia
Yang menyusuri bercak-bercak persetubuhan
Menebarkan aroma ranjang pemerkosaan
Ah…nikmat benar
Ketika merabamu mencium dalam berahiku
Meskipun tubuhmu gelap dalam patahan sudut kaku
Berputar sembilan puluh derajat
Meskipun nafasmu tak memburu seperti kicauan pepohonan
Semuanya menghitam penuh timbal mengendap ke tubuhku
Meskipun ringkihanmu tak bergemericik
Tak ada air terjun maupun nyanyian batuan kecil
Semuanya basin menggumpal hitam dengan getaran bibir
Aku dan kamu
Ah… sentuhanmu
Sekali lagi aku memperkosamu
Aku mendesah
Sehingga aku tak sadar pohon itu berjatuhan
ozon menganga
Banjir menggusur memendam tubuhku
Tubuhmu semakin menindihku
Napasku tersengal mencekik leherku
(Mlg, 15/9/03)
Komentar