Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Di kaki Tuhan


Gempuran ombak
Berjalan basah pasir berkeringat
Teriakan gelombang
Memaki hati
Merenung berdiri di kaki Tuhan
Hamparan mutiara
Tidak pernah diam
Menyaksikan jatuhnya tetesan keringat
Mencabik menyayat
Tubuhnya dan hatiku

Ah…manusia
Rumah pangkalan samudera
Diantara deru ombak dan nyanyian ikan
Bernafas berdiri sebalok kayu terpaku
Mendesah menarik
Demi ruh bersemayam di tubuh

Ah…manusia
Setiap keringat
Setiap desah
Selalu menjadi masalah
Mengesek ruang pikiran
Oleh perut yang tidak pernah diam
Terasah oleh riak gelombang
Tapi selalu kecil di kaki Tuhan

Semakin menjauh biru menatap
Semakin aku tak tahu siapa disana
Mengapa gelombang selalu berteriak
Semakin kecil aku di kaki Tuhan

(Sempu, 12/10/02)

Komentar

Postingan Populer