Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Sejumput Rindu

--Beberapa hari setelah bom Bali II

Tuhan, ini murkamu ataukah kasihmu?

Sejumput rindu yang diterbangkan anginmu
berkecambah meliuk dalam gelap, merangkak mencari sosokmu
harum jejakmu berkelok tapi tak pernah terhirup penuh
hingga kami selalu salah sentuh

Kami adalah kecambah-kecambah menangis
laksana bocah yang ditinggal bunda
diantara kerumunan orang-orang yang tak dikenalnya
berteriak memanggil-manggil dalam debar jumpa

Terkadang kami mencoba melukismu
mengaduk-aduk gemawan yang kental di langit yang memerah
berharap menemukan sepercik parasmu
biar dapat kami tunjukkan kepada mereka: “Inilah Tuhanku, juga Tuhanmu,
sujudlah engkau dihadapnya”
tapi kami seperti berteriak kepada orang tuli
mereka masih saja khusuk melantunkan kuasnya

Setiap sore
kami membunuh mereka satu persatu
langit merah mendadak gelap
parasnya lenyap, kami ditikam tangis mereka

Tuhan, ini murkamu ataukah kasihmu?

Singosari, Oktober 2005

Komentar

Postingan Populer