Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Senja Terakhir

: LiC benarkah sungguh?

“Barangkali senja adalah gapura, tempat kita
mengucapkan selamat tinggal”, kata lelaki itu,
seperti mengucap begitu saja kepada perempuan
disampingnya.

“Barangkali mengucap selamat tinggal seperti
mengemasi serak kenangan”, sambil berbicara,
ia memandang jauh di sudut jingga langit itu,
seakan ia akan menempuh perjalanan jauh.

“Barangkali mengemasi serak kenangan adalah
melupakan bagaimana cara kita harus bersedih”,
wajahnya kemudian berkeringat seperti ada pesan
yang menyumbat di kerongkongannya.

“Barangkali melupakan cara bersedih seperti
membujuk rasa cemas dan pertanyaan yang
kerap lewat: apakah senja adalah kawan lelaki tua
dengan jubah terjulai sampai ke lantai serta celurit
yang menghadang di angkasa?”, ia kini semakin letih,
hanya terdengar suara camar yang pelan-pelan
merambat ke tempat itu.

Agustus, 2007

Komentar

Postingan Populer