Mandi di Rumah Raja Ali Haji

a
setelah mandi dirumahmu bapak, badanku jadi meriang,
luka masih saja suka datang tanpa mengucap salam,
terus saja menumpuk dan terlupakan: “ternyata aku
sering terluka di jalan-jalan mungil ini, bahkan aku menikmati
nyerinya dan tak tahu kapan menyembuhkannya,
ia sangat menggoda” .

b
pantaskah aku mengatakan: “I’m lucky man”
hanya karena aku pernah mengucapkan kalimat dari
rongsokan silsilah. kemudian pura-pura menjadi penyair,
punya sayap kecil di punggung seperti burung,
menyusuri langit dan hinggap kemana aku suka,
biar aku gemar menduga-duga: “ternyata aku bukan
milikku sendiri?”, setelah itu ada bisik: “Ada yang rindu,
gemas ingin mempermainkanmu”.

c
langit dengan perabotannya: perlukah aku harus menangis,
bukannya aku tak bisa menangis, bukan juga aku tak mampu
mencuri air mata, tapi telah lama aku tidak bersedih. terus –
menerus asik menjadi binatang melata yang seksi, padahal
telah lama aku mendengar kita akan menjadi zombi.

d
mereka berbohong kepadaku, dengan mengatakan:
“hidup ini tak bertepi”, saat ku mandi dirumahmu
bapak, hidup seperti semangkuk sup ayam lezat siap
disantap. tapi selalu saja ada yang menawariku selautan
mi ayam. mau?


---Tafsir bebas Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji, untuk sayembara penulisan puisi dewan kesenian Kepualauan Riau---

Agustus 2007

Komentar

Postingan Populer