Sajak-sajak yang dimuat Koran Kompas, 6 April 2014
Nanas Kerang Ungu
setelah berkebun
seperti gerumbul penusuk bermata ungu
yang berjubah hijau disekitar taman.
pembiak kuntum berparas kerang
berkulit putih melati semirip helai induk nanas,
petiklah bila kamu mengidap rasa panas
demam dengan goncangan di dada.
nyeri di hulu paru dan kerongkonganmu
yang membuatmu megap-mengkis,
mulut yang tak lagi merawi manis
mulut yang meliurkan aroma amis.
segeralah cukil daun dan bunga termudanya
resik dari jamur pun kerak semut pudak.
agar masih segar denyut lantak buluhnya
segera potong –potong melintang,
kemudian cebur-kuyupkan di kuali tanah
dengan gelembung sedak air terjaga.
hingga matang pulen seratnya
hingga khasiat tersadap sempurna.
sajikan selagi suam kuku,
kucurkan perlahan dengan bauran madu alam.
di atas ranjang, di atas talam
panjatkan bismillahisy syafi
sebelum kamu menyeruput perasannya
sebelum memamah daun,
yang mencairkan berudul dahaknya.
Sumokali 2013
Tapak Liman
resep dari mbah gito
akulah gulma, karib liar tak menjalar
nektar yang mengudup rahasia.
batangku mendongak lantak
dendang lebah pantunkan hikayat.
pucukku mewiru ungu
si pelantun peruwat nafsu
tanganku helai terjerembap tanah
seperti pendoa yang merapal khasiat.
genggamlah aku, secupak daun secupak madu
perut aku bersama lesung alu,
pelan-pelan seliat sekebat adukan terjaga
bauran kuning telur, adas, dan gula merah.
ramu padu, lumat hasrat
dalam setiap ulekan peramunya.
peramut terwelu, peramut lembu
siapa merawat pegal di ladang dan huma
cukupkan teguk aku, si pahit-sejuk ramuan lampau
yang akan membuatmu giras, tangkas, dan bergairah.
Sumokali 2013
Sambiloto
resep untuk meyda
peram tekam seluruhku, resap perih pahitku
hingga cerlang perlahan dalam wadahmu
rupa lumut hibuk terjerang ruap angus.
kucak peramuku, kucak segantang pesona
setugal kunyit dan menir moyang susup sudah,
sekuyu seduh sedesir bimbang didadamu
akan luruh, merupa dahi kuali tanah
dijenjang batubata berpagut gelembung
membumbung ke udara.
lekas gayung siapa yang limbung,
sesap setakar tiga perempat cawan
setelah bersantap riang
diamkan segala yang telah melumat
menyusup redup ke lambung.
susut jadi getah, menanjak jadi tulah
dendang gending pelafal mantra
hadang yang hendak menugal tulang,
menghalau urat sempal.
Sumokali 2013
Sangkal Tulang
dari eyang wage
aku memasukimu duhai pemilik lara, rebahlah
bayangkan dirimu seolah gombal terhampar
teguhkan badan senikmat kesiur daun pandan
ikhlaskan sepenuhnya, kau dan aku bertangkup
berpilin ngilu dalam jerit tulang beradu
memiuh lebam, menyelaraskan yang sempal
mula urut ini berkisaran pada pangkal cedera,
pada segala yang memuntir dan patah. selingkaran
hitam-gentar yang tak lagi berurat pada akar
pokok yang telah purna tunaikan kodratnya,
pun susunan yang telah remuk muasalnya
goyahlah! genjurlah!
suwuk ini tak sekedar berpantang gerak
dan kau seolah menerima sabda mustajab
dari arah kertap atap yang bergoyangan.
kau dan aku akan terus sabar terjaga,
menjaga damar yang kian bimbang
antara meredup atau cerlang perlahan
dan pekikmu makin aus tersedak
di kerongkongan. aku pun terus membalik
dan memutar menggenapi daya kekar kesembuhan.
Resapombo 2013
Kobra
Menonton film The Indian Tomb 1959
keluarlah dari buntelan gombal tuanmu, merayaplah
pun menyelinaplah ke amben pekebun itu
tunaikan kodratmu menggembur hangatkan kedalamanku.
aku sarang peraduanmu, dengan lebar keping sisik kerang
pun rerumbai cadar menyimpan rahasiaku terdalam
aku dua gundukan kembar dengan celah karang yang menghempas
tariklah, tariklah tali kekang kuda pacuanmu yang trengginas
jangkar kencang tampar, bukankah kau kerlap lantang
sesiku kursi temali kusir bendi pejantan pilihan
sedangkan bebunyian ritmis kendang dan seruling putih gading
itu membikin malam kian agung. aku pasrah menerima dua kuncup
cucupmu yang libas.
Sumokali 2013
Luweng
berilah kami sepasang kaki, sergahmu
sebelum kau kian berkibar-kobar menjilat
pantat dandang dan asapmu meninggi
di bedeng utara.
menyalalah sebagai api pendiangan,
saat remang perlahan lingsir ke huma
dan berudul awan itu membuat
dahan dan pedukuhan tampak sekedar
bayang-bayang.
maka setiap muslihat hawa buruk
akan begitu mudah masuk dan menyamar
sebagai lelaki budiman dengan karung
dan gunting terkapit di pinggang.
bila sunyi kerlip lintang tersunggi di pelataran
dan rembulan seperti pijar kekunang,
tiba saatnya bocah-bocah memutari pokok gayam
sebagai ular naga penunggu rumah
sebelum para pengusung itu tiba
menuruni lembah sebelah barat dengan
sepasang kaki tunjang, melintasi ricik ngarai
dengan langkah goyah.
dua puluh tiga depa sebelum beranda
ketika sepandang pepohonan, reranting daun
tampak seperti kalibut. akar menjuntai
seperti pukat waktu. tanah merekah seperti
lindu. maka berkobarlah membakar setiap
sangsi di petilasanku.
Resapombo 2013
Komentar