Menanam Pohon Mangga

tak ada alasan lain lagi
untuk aku menitikkan air mata.
yang ingin kulakukan sekarang hanyalah
menanam pohon mangga.
melihatnya tumbuh dan membesar.
menatapi pucuk-pucuk daunnya
yang mengembang.

kemudian aku akan mencukur rapi
rumput dibawahnya.
meletakkan bangku sederhana disana.
setelah itu aku akan tertidur,
mengerami waktu, menanti buah kebahagian.

saat itu mungkin kamu sudah lupa
pernah meminjam dadaku sekian lama.
tempat kamu merias, melentikkan bulu mata,
menambal bekas jerawat di wajah.
yang sekarang telah bopeng,
penuh lubang bekas galian yang ditinggalkan.
sungguh aku tak ingin memintanya kembali
dan semoga kamu berbahagia.

menatapi kelahiran, awal mula perasaan cinta.
aku seperti dikepung pengkhianatan.
menjelang ketiadaan, ketika kulit-kulit rontok,
aku merasa ditengah ketidakberdayaan.
adakah perasaan yang menentramkan
seperti suara anak-anak yang berkejaran?

siapun disana yang mendengar,
yang menertawakan dan mengucap sedu sedan.

atau aku memang menanam pohon mangga saja.
biar kelak kupinta kepadanya
mengajariku berbuah yang benar.,
menggugurkan daun-daunnya tanpa jeritan.

Mei 2009

Komentar

Postingan Populer