Antologi Puisi Malam Puisi Sidoarjo 2017
SETAHUN yang lalu ketika beberapa teman yang gemar membaca dan menulis bersila di sebuah kedai kopi, gundah dengan keadaan tempat tinggalnya. Mereka termenung di meja sembari melepas mulut dari gumpalan asap dan hangatnya kopi. Saat itu gerimis telah merayap di sepanjang bulan Januari, yang membuat sejuk tengkuk dan suasana. Kegundahan akan tempat tinggalnya yang sekadar menjadi tempat berbaring badan yang sudah lelah diterjang giat mengolah badan seharian.
Sesunguhnya mereka sedang cemburu dengan daerah lain, semisal Mojokerto yang mempunyai kegiatan rutin Terminal Sastra, apalagi dibandingkan Surabaya sebagai pusat kegiatan. Namun di Sidoarjo hal tersebut hampir tak pernah terdengar, bahkan gaung pun tak. Pun bila ada penulis atau penerbit sedang mengadakan kunjungan, Sidoarjo hanya menyediakan jalan untuk lewat. Teman-teman itu pun kemudian bersiasat.
Bila menelusuri laman facebook sebagai media sosial paling populer, penulis yang bermukim di Sidoarjo, baik yang iseng maupun telah menjadikannya profesi, atau telah menjadi bagian dari hidupnya sehari-hari, sesungguhnya banyak. Namun hal itu hanya tampak pada gerai layar gawai dengan barisan nama dan pose-pose foto. Namun sejatinya kegiatan yang tampak, untuk menautkan mereka satu persatu hampir tak ada. Hanya kegiatan di media sosial saja yang ramai, semisal antologi bersama dan sejenisnya, itu pun dipantik oleh penerbit atau komunitas yang berasal dari daerah lain. Hal ini membuat kami sedih.
Kemudian beberapa teman yang gundah itu pun merancang, meracik kegiatan sederhana yang bertaut dengan baca dan tulis itu dapat menyembul dari rekatnya narasi besar sehari-hari. Secara spontan kegiatan itu diberi nama Malam Puisi Sidoarjo.
Memberi nama Malam Puisi itu pun sekadar siasat untuk mudah dikenal, karena kegiatan serupa telah ada di setiap daerah. Dan penamaan itu tak menjadi pengikat kami untuk bersifat fleksibel dengan berbagai keadaan dan kemungkinan berkegiatan. Agar yang menjadi tujuan utama untuk membangun atmosfir menulis dapat terbangun.
Untuk itu kegiatan Malam Puisi Sidoarjo tak sekadar membaca puisi, tetapi menyediakan dialog untuk berbagi gagasan. Maka setiap Malam Puisi itu pun ada sesi diskusi dengan mendatangkan narasumber yang kompeten pada bidangnya, atau menghadirkan penulis dengan buku barunya untuk mendengarkan ide-idenya.
Kegiatan pertama pun tergelar dengan mengundang F. Aziz Manna dengan bukunya Playon yang telah memenangkan Sayembara Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur 2015 ketegori puisi, untuk berbagi proses kreatif---kemudian hari buku yang sama memenangkan perhargaan dari Kusala Literary Award 2016. Dan bulan-bulan berikutnya silih berganti kami mendatangkan dan memanggungkan penulis-penulis dan narasumber lain. Bila kemudian kami mampu berjalan sejauh ini, barangkali ini buah ilmu kesabaran, bahwa tak ada candi yang dibangun dalam semalam, pun tak ada gading yang tak retak. Karena hal tersebut Antologi Puisi ini menjadi penting, sebagai penanda kami telah memasuki sebuah simpul waktu.
Antologi Puisi ini memuat penulis yang tinggal di Sidoarjo, atau pernah lahir di Sidoarjo, atau beraktivitas di Sidoarjo. Memuat 33 penyair dengan usia beragam, dengan tema puisi yang beragam dan tentunya kemampuan puitik yang beragam. Dari mula kami tak membuat kriteria rumit untuk mengkurasi, tetapi yang kami utamakan adalah menemukan pecinta-pecinta puisi baru untuk berkenalan dan berbagi inspirasi. Menyambungkan titik demi titik para penulis yang tersebar di sidoarjo.
Tentu saja buku ini jauh dari baik, dengan berbagai kekurangan disana-sini tapi kami yakin buku ini akan menjadi penanda, bahwa kami telah bergerak, menggoyangkan kaki untuk melangkah kepada kekonkretan. Salam. •
Ditulis untuk kata pengantar antologi puisi Segalanya Serupa Rambutmu terbitan Malam Puisi Sidoarjo
Komentar