Kata Dan Frasa Ajaib



DALAM PUISI, seakan terbukalah sebuah suaka bahasa: di mana pelbagai ketidaklaziman, kegilaan, maupun pemberontakan dalam berbahasa dapat dirayakan sepenuh-penuhnya, begitu kata Hasif Amini dalam pengantar kumpulan Puisi Tak Pernah Pergi. Struktur puisi yang ringkas, juga sekaligus rumit dapat menjadi alternatif spontan untuk menyampaikan gagasan atau menyatakan perasaan yang tak tertampung pada wicara sehari-hari. Oleh sebab itu menulis puisi dapat menjadi jeda, seperti tanda koma untuk menghela napas kemudian menghembuskannya kembali. Namun di situlah letak olah raga, pikiran, dan perasaan untuk memerikan apa yang telah lewat, sekaligus merentang waktu yang beranjak. Lewat menulis puisilah proses permenungan terjadi. Proses memeriksa dan memberi pemaknaan apa yang tidak terungkap dalam narasi besar keseharian.

Maka jamak kita temukan hal-hal unik da­lam puisi, baik pilihan kata, gaya ungkap, struk­turnya, atau hal-hal lain yang membuatnya ber­jarak dengan pembacanya, juga sekaligus dekat. Barangkali pada puisilah tantangan paling ganjil dalam tindak membaca digerai, sebab pada puisilah terutama soal makna sesuatu yang seakan terang tapi tak pernah gampang dilacak.

Bila kemudian dalam buku puisi ini Muttafaqur Rohmah memajang sekaligus menampilkan kata dan frasa ajaib, yang mengejutkan sekaligus menggelikan, kita makfum. Rohmah sepenuhnya sadar,---bagaimana pun juga dia seorang akademis Bahasa dan Sastra  Indonesia, dengan bentuk puisilah kegelisahannya dapat tertampung dan menjelma menjadi karya teks. Pun dengan teguh apa yang ditulisnya itu, berupa puisi-puisi pendek, ---kami menganggapnya puisi panjang dengan 99 bagian, yang terkadang remeh temeh itu mengungkap hal-hal penting tentang pikiran dan perasaan manusia.

Kalau kita coba menilik buku Art dan Jung karya Buntje Harbunangin yang menjelaskan hu­bungan-hubungan seni dalam sorotan psikologi analitis Jung, kita akan mendapat penjelasan bahwasanya puisi, juga seni yang lain adalah sebuah kerja untuk tidak sekadar mendorong yang tampak, tapi juga mendorong yang tak tampak dalam alam bawah sadar seseorang. Dalam psikologi, seseorang tersusun dari kesadaran personal, ketidaksadaran personal, dan kolektif. Muttafaqur Rohmah secara tidak sadar hendak mendorong, baik utuh maupun percikan-percikan alam bawah sadarnya untuk muncul.

Lebih jauh dalam buku tersebut menye­butkan bahwa ada dua jalan seniman untuk sampai pada ujung karyanya. Yang pertama karya bertujuan, di mana seniman akan mengatur seluruh karyanya. Serupa orkestra yang terkendali hulu hilirnya oleh seorang konduktor. Segala anasir karya terkendali oleh sang seniman. Di sisi lain, ada seniman yang bekerja berdasarkan impulse, sebuah energi kreatif tersembunyi yang tak dapat dikendalikan. Proses kreatif yang otonom. Segala komposisi karyanya muncul begitu saja tanpa dia sadari. Bisa jadi puisi-puisi Rohmah demikian, karya-karyanya berloncatan karena impulse alam bawah sadarnya, yang mendesak untuk dituliskan. Rohmah sekadar jembatan untuk menyatakan takdirnya sebagai penulis seikat puisi dalam buku ini.

Muttafaqur Rohmah adalah seorang akademisi yang giat mengajarkan pada murid-muridnya, ma­hasiswanya, juga semua orang untuk menulis. Dia percaya menulis adalah aspek penting sarana proses pembelajaran. Oleh sebab itu dia rela mengeluarkan segenap gerak dan tenaganya untuk membuat buku puisi yang berjudul bapak ini. Kiranya demikian percikan-percikan menjadi kian berharga dan penting dalam konteks manusia sebagai daging yang berpikir dan berperasaan. Selamat membaca.

Ditulis untuk kata pengantar buku puisi Bapak karya Muttafaqur Rohmah

Komentar

Postingan Populer