Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Kutipan Bertenaga 2 - Hasif Amini


Bahasa puisi hadir sebagai suatu gejala yang nyaris pejal: sebangun artifak: sebentuk gubahan yang terdiri dari kata-kata (dan tanda baca dan jeda dan ruang kosong di sekitarnya) yang menyosok bagaikan suatu zat yang telah disuling atau dipadatkan, atau bahkan sewujud organisme yang berdenyut dan berwatak. Dengan begitu, makna tak selalu merupakan pokok yang utama dalam tubuh teks, melainkan terserap bersama unsur-unsur lainnya. Kadang makna bahkan menjadi semacam akibat aksidental dari komposisi bunyi-bunyi tertentu, misalnya dari kombinasi pilihan kata yang berima. Karena tak mengherankan bila puisi tak jarang tampak sebagai “bimbang yang berlarut antara bunyi dan arti”, dalam kata-kata Paul Valery.
( Dikutip dari Kata Pembuka buku Puisi Tak Pernah Pergi ditulis Hasif Amini )

Komentar

Postingan Populer