Langsung ke konten utama

Unggulan

Matahari, Koran, Pabrik Gula

 Mengayun pedal sepeda lagi, seperti ini seperti membuat jedah pada rutinitis. Bisakah saya bertanya kenapa kita membuat rutinitas, shidup, yang seperti pattern hidup, atau seperti kereta yang akan bergerak dengan deras hanya pada relnya... Ternyata kehidupan memang seluas-luasnya.. tapi kita hidup pada lingkungan yang menurut saya sangat terbtas. Apakah pada kerumuan orang di pasar apakah, kita mengenalnya, setidaknya bertegur sapa. Setiap papas yang berlintas pada jalan, apakah kita mengenalnya... bukankah anak adam ini begitu melimpahnya.. bayangkan bila kita diluar arena, misal kita d uar negeri, tiba-tiba kita bertemu dengan orang Indonesia.. pertemuan itu akan begitu berarti

Pameran Seni Rupa: Hidup dan Mati di Tanah Sengketa

 photo IMG_0034copy_zps062dd2b0.jpg

 photo IMG_0035copy_zps5d65574e.jpg

 photo IMG_0037copy_zps732afc64.jpg

 photo IMG_0040copy_zps14fa9ca2.jpg

 photo IMG_0048copy_zps2adea762.jpg

 photo IMG_0050copy_zps21ed9961.jpg

 photo IMG_0053copy_zpsd6b645b2.jpg

 photo IMG_0054copy_zps4e2cd191.jpg

 photo IMG_0059copy_zpsd9bc64b4.jpg

 photo IMG_0061copy_zpsdf13dc70.jpg

 photo IMG_0064copy_zpsf7561c9f.jpg

 photo IMG_0065copy_zpse2e041cd.jpg


Menikmati pameran seni rupa “Hidup dan Mati di Tanah Sengketa” di hari minggu 7 September 2014, tepat menjelang siang. Seperti memberi oase pada kehidupan saya yang akhir-akhir ini tampak menjadi monoton. Saya beberapa bulan ini memang sering absen dan ketinggalan informasi mengenai kegiatan kesenian di surabaya dan sekitarnya. Barangkali kemalasan yang terus mendera atau berbagai kesibukan yang kerap datang silih berganti.  Apapun itu disela-sela waktu yang begitu cepat berputar saya hendak menikmati segala peristiwa kehidupan dan menikmati kegiatan-kegiatan seperti ini.

Pameran yang diadakan oleh komunitas indipenden seperti ini seringkali memang mengejutkan, setidaknya dari tempat pameran ini yang mengambil tempat di rumah tua yang bercorak rumah tionghoa, ukurannya cukup besar namun seperti sudah tidak terawat. Tapi hal semacam itu menjadi unik dan pas dengan tema yang diusung. Pameran ini sebenarnya hendak merespon peristiwa sosial yang terjadi di tambak bayan-Surabaya di tempat pameran. Sebelum mengungungi pameran ini saya berpikir sengketa tanah ini adalah konflik vertikal antara pemerintah dan penduduk setempat yang berasal dari keluarga tionghoa. Setelah datang dan menikmati wacana dari berbagai sajian pameran saya berkesimpulan, konflik yang telah lampau ini adalah perebutan tanah sengketa antara keluarga tionghoa satu dengan tinghoa yang lain. Yang lain disini maksudnya adalah pemilik hotel dekat tempat pameran berlangsung. Konflik ini ternyata sudah berlangsung lama dan seperting belum ada penyelesaian.

Sajian pameran ini beragam mulai dari komik, fotografi, intalasi media, ilustrasi bahkan musik. Sebenarnya saya sangat tertarik untuk membeli dan mengkoleksi komiknya yang lumayan tebal dan dikerjakan sangat bagus. Namun sayang dompet di kantong sedang tidak bersahabat.

________________________________

Pameran Seni Rupa Hidup dan Mati di Tanah Sengketa
Tambak Bayan - Surabaya
5-7 September 2014
Kerja Milisi Fotocopy


Komentar

Postingan Populer