Pameran Seni Rupa: Hidup dan Mati di Tanah Sengketa
Menikmati pameran seni rupa “Hidup dan Mati di Tanah Sengketa” di hari minggu 7 September 2014, tepat menjelang siang. Seperti memberi oase pada kehidupan saya yang akhir-akhir ini tampak menjadi monoton. Saya beberapa bulan ini memang sering absen dan ketinggalan informasi mengenai kegiatan kesenian di surabaya dan sekitarnya. Barangkali kemalasan yang terus mendera atau berbagai kesibukan yang kerap datang silih berganti. Apapun itu disela-sela waktu yang begitu cepat berputar saya hendak menikmati segala peristiwa kehidupan dan menikmati kegiatan-kegiatan seperti ini.
Pameran yang diadakan oleh komunitas indipenden seperti ini seringkali memang mengejutkan, setidaknya dari tempat pameran ini yang mengambil tempat di rumah tua yang bercorak rumah tionghoa, ukurannya cukup besar namun seperti sudah tidak terawat. Tapi hal semacam itu menjadi unik dan pas dengan tema yang diusung. Pameran ini sebenarnya hendak merespon peristiwa sosial yang terjadi di tambak bayan-Surabaya di tempat pameran. Sebelum mengungungi pameran ini saya berpikir sengketa tanah ini adalah konflik vertikal antara pemerintah dan penduduk setempat yang berasal dari keluarga tionghoa. Setelah datang dan menikmati wacana dari berbagai sajian pameran saya berkesimpulan, konflik yang telah lampau ini adalah perebutan tanah sengketa antara keluarga tionghoa satu dengan tinghoa yang lain. Yang lain disini maksudnya adalah pemilik hotel dekat tempat pameran berlangsung. Konflik ini ternyata sudah berlangsung lama dan seperting belum ada penyelesaian.
Sajian pameran ini beragam mulai dari komik, fotografi, intalasi media, ilustrasi bahkan musik. Sebenarnya saya sangat tertarik untuk membeli dan mengkoleksi komiknya yang lumayan tebal dan dikerjakan sangat bagus. Namun sayang dompet di kantong sedang tidak bersahabat.
Pameran Seni Rupa Hidup dan Mati di Tanah Sengketa
Tambak Bayan - Surabaya
5-7 September 2014
Kerja Milisi Fotocopy
Komentar